Tugas:
individu
Mk:Manajemen
Kep.MPKP
DI susun oleh:
Nama : ade irma rahawarin
Nim : 12-071-014-036
Kls :B
JURUSAN
KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah yang masih
perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membacanya.
Makalah
ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah MANEJEMEN
KEPERAWATAN pada prodi s1 keperawatan di
Fakultas Ilmu kesehatan Universitas islam makassar.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu selaku dosen
pengampu mata kuliah manejemen keperawatan.kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun terutama dari pembimbing dan teman-teman.
Makassar20 des.2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB
II PEMBAHASA
A. Sruktur MPKP
1.
Kepala ruangan
2.
Perawat primer (PP)
3.
Perawat assuite (PA)
4.
Ccm (Clinical Care Maneger)
B. Tingkat
spesifik MPKP
1. MPKP Pemula
2. MPKP 1
3. MPKP II
4. MPKP III
C. Metode
penguasaan
1. Metode tim
2. Fungsional
3. Primer
4. kasus
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendekatan
manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan
profesional. Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan)
merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam
mengimplementasikan praktek keperawatan profesional.Menurut Gillies (1986),
manajeme didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-fungsi
manajemen dalain memberikan perawatan kesehatan kepada klien.
Perawat
manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori manajemen keperawatan. Mereka
mengatur lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi
persyaratan pengawasan keperawatan oleh perawat-perawat klinis. Perawat-perawat
klinis mengatur seleksi sumber daya manusia dan materi dan memberikan masukan
tambahan kedalam proses manajemen. Tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis
kepada kelompok pasien. Proses manajemen keperawatan sejajar dengan proses
keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan.
Fungsi
manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis benama
Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
DEPKES RI yang diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri
dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Di Ruang
MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri
dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing). dan pengendalian (controlling).
Era
globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga
berupaya mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
MPKP adalah
suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan
keperawatan banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik
pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan
lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Penetapan
jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat
ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1
keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga
lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing
dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister
spesialis keperawatan.
Tindakan
yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan
lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu
landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim
kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain
serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim
pada sekelompok klien.
Tugas
membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan,
mengantar klien konsul atau membawa pispot ke klien dilakukan oleh pembantu
keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana
keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis
keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.Secara kualitatif, PP
ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi
perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih
terencana.
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek
keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung
jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi
MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang
memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa
model PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model
PKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan dan sistem
kempensasi dan penghargaan
B
. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana struktur kepala ruangan ?
2.
Bagaiman struktur perawat primer (PP) ?
3.
Bagaimana struktur Assuite (PA) ?
4.
Bagaimana struktur Ccm
5.
Bagaimana tingkat spesifik MPKP Pemula,MPKP 1,MPKP
II,MPKP III.
6.
Bagaimana metode penguasa TIM,fungsional,primer,kasus ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sruktur MPKP
Struktur
organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi.Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem
penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer
membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
kepada sekelompok pasien.
1. Kepala ruangan
ü Tanggung
jawab kepala ruangan
Dalam melaksanakan tugasnya kepala ruangan bertanggung
jawab kepada kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1.
Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
2.
Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
3.
Keobyektifan dan kebenaran penilayan kinerja tenaga
keperawatan.
4.
Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
5.
Kebenaran dan ketepatan protap/ sop pelayanan keperawatan
6.
Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
7.
Kebenaran dan ketepatan pelaksana program bimbingan
siswa/mahasiswa institusi pendidika keperawatan
ü Wewenang
kepala ruangan
Dalam menjalankan tugasnya kepalaruangan mempunyai
wewenang sebagai berikut:
1.
Memintah informasi dan pengarah kepada atasan
2.
Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf
keperawatan.
3.
Mengawasi,mengendalikan dan menilai pendaya gunaan tenaga
keperawatan.
4.
Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang kepala ruangan.
5.
Menghadiri rapat bekala dengan kepala
instalasi/kasi/kepala rumah sakit untukkelancaran pelancaran pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
ü Tugas kepala
ruangan
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan diruangan rawat yang berada diwilaya tabggung jawabnya
a.
Melaksanaan fungsi perencanaan (PI) meliputi:
1.
Menyusun kerja rencana kepala ruangan
2.
Berperan serta menyusun falsafah dan tujuaan pelayanan
keperawatan diruang rawat yang bersangkutan
3.
Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan,
4.
Menyusun rencana kebutuhan tenaga dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk diruangan rawat,kordinasi dengan kepala instansi.
5.
Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselanggarakan sesuai kebutuhan
6.
Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2)
·
Mengatur dan menkordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
ruang rawat,melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas diruangan
rawatnya.
·
Menyusun jadwal dan mengatur daftar dinas tenaga perawat.
·
Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
pengawasn meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertip ruang
inap,fasilitas yang ada dan cra penggunaannya dan kegiatan rutin sehari-hari.
·
Membimbing tenaga perawat untuk melakukan pelayanan/asuhan
keperawatan yang sesuai ketentuan.
·
Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan
staf keperawatan dan petugas lain yang berfungsi diruangan rawatnya.
·
Melaksanakan orientasi tenaga perawat yang baru atau
tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
·
Memberikan kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan kordinasikepala instansi/kasi
keperawatan/kepala bidang keperawatan.
·
Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesua
kebutuhan berdasarkan ketentuan atau kebijakan rumah sakit
·
Mengatur dan mengkordinasi pemeliharaan alat agar selalu
dalam keadaan siap pakai
·
Mendampingi fisite dokter dan mencatat instuksi dokter
khususnya bila ada perubahan pengobatan pasien
·
Mengelompokan pasien dan mengatur penempatan diruangan
rawat menurut tingkat kegawatan,infeksi,/non infeksi untuk kelancaran pemberian
asuhan keperawatan.
·
Memberi mutifasi kepada petugas dalam memelihara
kebersihan lingkungan ruang rawat.
·
Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien rawat
inap.
·
Menyimpan semua berkas catatan medik pasien dalam masa
perawatan diruangan rawatnya dan selanjutnyamengambilkan ke MR
·
Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan sertakegiatan lain diruah rawat.
·
Membimbing mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan peraktek
·
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien atau
keluarganya sesuai kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
·
Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat
pergantian dinas.
7.
Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian meliputi:
·
Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan.
·
Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman beajar sesuai tujuan program bimbingan yang ditentukan.
·
Melakukan penilayaan kinerja tenaga keperawatan yang
berada dibawa tanggung jawabnya.
·
Menguasai pengendalian dan menilai pendayagunaantenaga
perawat,peralatan perawat, serta obat-obat secara efektif dan efesien.
·
Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai
standar yang berlaku secara mandiri atau dengan tim pengendali mutu asuhan
keperawatan.
2.
Perawat
primer (PP)
1.
Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprensif
2.
Membuat tujuan dan rencanakeperawatan
3.
Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek
bila diperlukan
4.
Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain
5.
Mengevaluasikan keberhasilan asuhan keperawatan
6.
Melakukan rujukan kepada
pekerja sosial,kontak dengan lembaga sosial dimasyarakat.
7.
Membuat jadwal perjanjian klinik.
8.
Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
3.
Perawat
assuite (PA)
Tanggung jawab perawat pelaksana
Dalam menjalankan tugasnya perawat pelaksana dirawat
bertanggung jawab kepada kepala ruangan/instalasi terhadap hal-hal sebagai
berikut:
1.
Kebenaran dan ketetapan dalammemberikan asuhan
keperawatan sesuai standar
2.
Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan
pelaksanaan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan.
Wewenang perawat
pelaksana
Dalam menjalankan
tugasnya perawat pelaksana diruang rawat mempunyai wewenang sebagai berikut:
1.
Meminta informasi dan petunjuk pada atasan
2.
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien/keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batasan kewenangan.
Tugas pokok perawat pelaksana:
1.
Memelihara
kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
2.
Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku.
3.
Memelihara perelatan keperawatan dan medis agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
4.
Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan.
5.
Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
6.
Melakukan tindakan perawat kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya antara lain:
·
Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai progranm
pengobatan
·
Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai penyakitnya.
Ø Melatih
/membantu pasien untuk latihan gerak
Ø Melakukan
tindakangarurat kepada pasien antara lain: panas
tinggi,kolaps,perdarahan,keracunan,henti napas dan henti jantung, sesuai dengan
protap yang berlaku.selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan
kepada dokter ruang rawat/dokter jaga.
Ø Melaksanakan
evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
Ø Menobservasi
kondisi pasien,selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasakan hasil
observasi tersebut sesuai batasan kemampuannya.
Ø Berperab
serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan
mutu asuhan keperawatan
Ø Melaksanakan
tugas pagi,soreh,malam danlibur secara bergiliran sesuai jadwal dinas
Ø Mangikuti
pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan rawat.
Ø Melaksanakan
sistem pencatatan dan melaporkan asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai
standar asuhan keperawatan.
Ø Melaksanakan
serat terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tulisan pada
saat penggantian dinas.
4.
CCM (
CLINICAL CARE MANEGER)
·
Membimbing Pp Dan Pa Tentang Implementasi Mpkp (Ronde)
·
Memberi Masukan Saat Diskusi Kasus Pada Pp Dan Pa
·
Bekerja Sama Dengan Kepala Ruangan
·
Mengevaluasi Pendidikan Kesehatan Yang Dilakukan Pp
·
Mengevaluasi Implementasi MpkP
B.
Tingkat
spesifikasi MPKP
Pelayanan
prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek keperawatan
profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut
Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber
daya manusia yang ada yaitu:
1.
Model praktek
Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based.
Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
2.
Model Praktek
Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini
digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
3.
Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
4.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.
C. Macam Metode
Penugasan Dalam Keperawatan
1. Metode TIM
Yaitu
pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini
menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan
dari tim ini terdiri dari :
-Ketuatim
-Pelakaana perawatan
-Pembantu perawatan
-Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik
dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim:
·
Saling memberi pengalaman antar
sesama tim.
·
Pasien dilayani secara komfrehesif
·
Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
·
Tercipta kerja sama yang baik .
·
Memberi kepuasan anggota tim dalam
hubungan interpersonal
·
Memungkinkan menyatukan anggota tim
yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:
·
Tim yang satu tidak mengetahui
mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
·
Rapat tim memerlukan waktu sehingga
pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
·
Perawat yang belum terampil dan
belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
·
Akontabilitas dalam tim kabur.
2. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
Kerugian metode fungsional:
·
Pasien mendapat banyak perawat
·
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
·
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
·
Pelayanan terputus-putus
·
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
·
Sederhana
·
Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau
pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi
perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti
dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk
mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
Perawat A
tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan
menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang
klien.
3. Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
·
Menerima pasien
·
Mengkaji kebutuhan
·
Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan
dan evaluasi
·
Mengkoordinasi pelayanan
·
Menerima dan menyesuaikan rencana
·
menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar
:
1.Ada tanggung jawab dan tanggung
gugat
2.Ada otonomi
3.Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan:
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
2.Ada otonomi
3.Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan:
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1.Sebagai konsultan dan pengendali
mtu perawat primer
2.Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3.Menyusun jadwal dinas
4.Memberi penugasan pada perawat asisten.
2.Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3.Menyusun jadwal dinas
4.Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
·
Mendorong kemandirian perawat.
·
Ada keterikatan pasien dan perawat
selama dirawat
·
Berkomunikasi langsung dengan Dokter
·
Perawatan adalah perawatan
komfrehensif
·
Model praktek keperawatan
profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
·
Memberikan kepuasan kerja bagi
perawat
·
Memberikan kepuasan bagi klien dan
keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat
primer:
·
Perlu kualitas dan
·
kuantitas tenaga perawat,
·
Hanya dapat dilakukan oleh perawat
professional
·
Biaya relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain.
4. Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Kekurangan metode kasus:
·
Kemampuan tenga perawat pelaksana
dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh
·
Membutuhkan banyak tenaga.
·
Beban kerja tinggi terutama jika
jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
·
Pendelegasian perawatan klien hanya
sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
·
Kebutuhan pasien terpenuhi.
·
Pasien merasa puas.
·
Masalah pasien dapat dipahami oleh
perawat.
·
Kepuasan tugas secara keseluruhan
dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut.Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki salah
satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga
memiliki 4 pilar yang terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2)
Sistem Penghargaan, (3) Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan.
Model Praktik Keperawatan Profesional
memiliki 4 komponen utama yaitu : (1) Keterangan keperawatan, (2) Metode
Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses Keperawatan dan (4) Dokumentasi
keperawatan serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga memiliki diagnosa keperawatan yang mencakup mulai
dari resiko prilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri rendah).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Swansburg, R.C. and Swansburg R.J.
1999. Introductory Management and Leadership for Nurses. Sudbery.
Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
2.
Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik
Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem)
Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.
3.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: EGC.
4.
Sudarsono, R.S.
(2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah
seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar